Blog Baru

RPM

Nama Anggota Kelompok :
Hendra Setiawan                     (14513020)
Ikhsan Zakaria                        (14513257)
Mikha Meyanti Bakara           (15513483)
Ridho Maulana                        (17513625)
Riyan Anugerah                      (17513854)
Ulfah Indah K                         (19513037)
Kelas : 4PA06

Ravens Progressive Matrices (RPM)

1. Sejarah Tes Ravens Progressive Matrices
Ravens Progressive Matrices (RPM) atau sering disebut sebagai Raven Matriks merupakan tes kelompok nonverbal yang biasa digunakan untuk pengaturan pendidikan. Tes ini pertama kali dikembangkan di Inggris pada tahun 1936 oleh John C. Raven.  Awalnya tes Raven Matriks digunakan untuk rekruitmen tentara dari rakyat sipil Karena pada zaman itu banyak rakyat Inggris belum berpendidikan. Oleh sebab itu Jhon C. Raven menciptakan Raven Matriks untuk mengukur inteligensi umum dengan berdasar pada teori Sperman yang disebut dengan teori dua faktor, teori ini terdiri dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umum General Factor (Faktor g) dan kemampuan spesifik Special Factor (Faktor s). Menurut Spearman kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum dan kemampuan khusus.
Raven Matriks merupakan tes intelegensi dengan Performance test atau sering disebut dengan Culture Fair, yaitu tes dibuat untuk menghilangkan bias budaya dengan meminimalkan perbedaan nilai antara satu budaya dengan budaya yang lain. Oleh sebab itu tes ini sering kali digunakan mulai dari penelitian untuk mengetahui kemampuan kognitif secara umum hingga untuk membandingkan kemampuan intelektual antar suku bangsa atau ras maupun kelompok mayoritas dan minoritas.
Tes Raven Matriks memiliki tiga bentuk tes yang berbeda tingkat kesulitannya sehingga dapat digunakan berdasarkan usia, yaitu :
a.       Standard Progressive Matrices (SPM)
Tes ini digunakan pada tahun 1954. Tes ini dirancang untuk usia 8 sampai 65 tahun dan dapat digunakan baik secara individual, dimana terdiri dari 60 soal atau pola dalam 5 set yaitu A, B, C, D, dan E, dan masing-masing set terdiri atas 12 tes. Soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersulit.
b.      Coloured Progressive Matrices (CPM)
Tes ini dirancang untuk anak-anak yang berusia 5 sampai 11 tahun, individu yang sudah lanjut usia serta individu yang mental dan fisiknya terganggu. Tes CPM ini terdiri dari 36 soal dalam 3 set yaitu A, AB, dan B.
c.       Advanced Progressive Matrices (APM)
tes ini dirancang untuk remaja, dewasa dan individu dengan kemampuan intelektual diatas rata – rata. Terdiri dari 2 set dan berbentuk non verbal. 

2. Pengertian Tes Ravens Progressive Matrices
Ravens Progressive Matrices (RPM) adalah tes kelompok nonverbal dengan kemampuan penalaran berdasarkan rangsangan tes figural serta mengukur kemampuan dalam membandingkan, analogi dan mengatur persepsi spasial menjadi keseluruhan, tes ini biasanya digunakan dalam pengaturan pendidikan. 
Tes Ravens Progressive Matrices (RPM) merupakan tes mengukur intelegensi dengan berdasar pada teori intelegensi Spearman dan merupakan pengukuran yang baik terhadap penalaran induktif. Tes ini terdiri dari beberapa rangkaian butir soal pilihan berganda, yang kesemuanya mengikuti prinsip yang sama
Tes Raven atau Ravens Progressive Matrices merupakan tes intelegensi yang dapat disajikan secara kelompok maupun individual. Materi ini berupa gambar dengan sebagian yang terpotong. Tugas subjek adalah mencari potongan yang cocok untuk gambar tersebut alternative potogan-potongan yang sudah disediakan. Dari tes Raven tidak ditemukan IQ seseorang melainkan taraf intelegensi yang di bagi dalam grade I sampai grade V yang ditentukan berdasarkan persentil.
Berdasarkan pengertian di atas Tes Ravens Progressive Matrices (RPM) adalah tes intelegensi nonverbal untuk mengukur kemampuan penalaran yang berdasar pada teori inteligensi Spearman. Tes ini terdiri dari beberapa soal pilihan ganda yang berupa gambar dengan sebagian yang terpotong dan dapat disajikan secara kelompok maupun individual.


3.   Tujuan dan Manfaat
Tes Raven Matriks bermanfaat untuk mengukur intelegensi sebab tes ini  tidak dipengaruhi oleh  budaya atau Culture Fair, sehingga dapat digunakan tanpa di pengaruhi oleh faktor bahasa (nonverbal). selain itu pengadministrasian dan skoringnya mudah Tujuan tes ini untuk mengukur kemampuan berpikir dan kecerdasan umum yang terdiri dari dua komponen yaitu Eductive Ability yaitu kemampuan untuk berpikir jernih tentang ide-ide yang kompleks dan Reproductive Ability yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi.

4.   Tahapan Tes  Ravens Progressive Matrices
a.       Instruksi  Tes Ravens Progressive Matrices Manual
Dihadapan anda, tampak sebuah kotak besar didalamnya terdapat gambar-gambar. Anggaplah anda melihat sebuah sapu tangan yang memiliki pola atau motif tertentu, namun terdapat bagian kosong dengan salah satu dari 8 pilihan jawaban yang tersedia di bawahnya. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan memperhatikan motif atau pola yang tersedia.

b.      Langkah-langkah pengerjaan Tes Ravens Progressive Matrices Berbasis Online
1)      Buka link berikut ini http://en.real-iq.com/
2)      Akan muncul tampilan seperti gambar dibawah ini
3)      Kemudian klik start test
4)      Setelah itu, akan muncul soal nomor satu seperti contoh gambar berikut

5)      Disebelah kanan soal akan terdapat kotak mulai dari angka 1 hingga 40 yang berisi daftar pertanyaan
6)      Masing-masing kotak berisi pertanyaan mengenai tes Raven Matriks
7)      Anda diminta untuk memilih jawaban berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia dibagian bawah soal.
8)      Setelah selesai menjawab klik the next question
9)      Anda dapat menjawab secara acak mulai dari nomer berapa saja yang menurut anda mudah
10)  Setelah selesai menjawab semua pertanyaan, maka akan muncul tampilan form biodata seperti gambar berikut
11)  Testee diminta untuk mengisi sesuai dengan identitas testee
12)  Setelah selesai mengisi identitas klik next
13)  Lalu akan muncul hasil test IQ anda, seperti gambar berikut
14)  Anda telah selesai mengikuti tes Raven’s Progressive Matrices

c.       Skoring tes Ravens Progressive Matrices Manual
Skorer hanya perlu melihat kunci jawaban yang sudah tersedia di dalam buku manual atau buku petunjuk. Kemudian, skorer menghitung, berapa jumlah kesalahan, dan juga berapa jumlah nomor yang dijawab dengan benar oleh klien ataupun peserta. Sehingga nantinya, test RPM ini akan menunjukkan hasil skoring berupa :
1)         Jumlah benar
2)         Jumlah salah
3)         RS
4)         SS
RS dan juga SS pada lembar skoring test RPM ini berkaitan erat dengan skor dan juga konversi skor. RS merupakan kependekan dari Raw Score, alias skor mentah. Raw Score ini merupakan nilai atau skor dari total jumlah jawaban benar yang dihasilkan oleh klien atau peserta. Sedangkan yang dimaksud SS adalah Scaled Score. Scaled Score merupakan nilai atau skor hasil konversi dari Raw Score, dengan menggunakan norma konversi RPM yang sudah terstandarisasi.
Hasil SS atau scaled score ini menjadi tolak ukur dalam menginterpretasikan kategori kecerdasan atau inteligensi seseorang. perlu diingat, test RPM tidak akan menghasilkan skor IQ pada peserta atau klien, namun hanya menghasilkan kategori kecerdasan atau kategori inteligensi dari peserta atau klien saja. Ada beberapa kategori kecerdasan pada test RPM, yaitu :
1)         Kategori superior
2)         Kategori di atas rata – rata
3)         Kategori rata – rata
4)         Kategori di bawah rata – rata

5.   Perbandingan Tes Manual dengan Komputer
a.    Kelebihan Tes Ravens Progressive Matrices Manual dan dengan komputer
Tes Ravens Progressive Matrices Manual
Tes Ravens Progressive Matrices dengan komputer
Pada saat pengerjaan tes secara manual, pemberi tes dapat memantau pengerjaan peserta.

Hasil tes yang langsung diberitahukan pada sesaat setelah pengerjaan soal selesai dilakukan
Tes IQ manual tidak diberitahukan mengenai waktu pengerjaan kepada peserta.

Jika pada tes online adanya tampilan background yang menarik bagi anak-anak.
Bagi para individu lanjut usia dan individu dengan masalah keterbelakangan mental, tes secara manual tidak begitu sulit.

Sudah terteranya instruksi pengerjaan dapat meminimalisir waktu.


b.   Kekurangan Tes Ravens Progressive Matrices manual dan dengan Komputer
Tes Ravens Progressive Matrices Manual
Tes Ravens Progressive Matrices dengan komputer
Pada tes manual ini cukup banyak memakan waktu, karena pembacaan instruksi pengerjaan yang cukup lama

Aplikasi tes ini tidak dapat di back atau kembali pada soal sebelumnya apabila ada soal yang ingin diubah jawabannya
Hasil tes diberitahukan setelah beberapa hari dari waktu pelaksaan tes.

Aplikasi tes ini hanya dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan hitungan semua soal
Lembar jawaban yang terpisah membuat peserta kesulitan
Untuk menjawab soal peserta harus mengklik tombol mulai.

Tes ini hanya dapat diberikan oleh para ahli yang berhak
Adanya batasan spesifikasi perangkat tertentu yang dapat mengakses aplikasi tes IQ.
Tes ini hanya dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan hitungan semua soal.

Terteranya waktu pengerjaan dalam aplikasi tersebut

6.   Kesimpulan dan saran
Ravens Progressive Matrices merupakan tes intelegensi nonverbal yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran yang dikembangkan menurut teori dua faktor dari Spearman, yang terdiri dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umum General Factor (Faktor g) dan kemampuan spesifik Special Factor (Faktor s). Perbedaan tes ravens manual dengan menggunakan komputer terletak pada alat yang digunakan.
Pada saat ini masyarakat lebih senang melakukan aktivitas secara online Karena lebih mudah dan lebih praktis. Oleh sebab itu mahasiswa psikologi diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan tes raven secara online  untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan tes raven.















DAFTAR PUSTAKA

Domino, M. L., & Domino. G. (2006). Psychological testing an introduction. New York: Cambridge University Press.

Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2009). Psychological testing principles, applications, and issues. California: Wasdsworth, Thomson Learning, Inc.

Prabhakaran, V., Smith. J. A. L., Desmond. J. E., Glover. G. H.,& Gabrieli. J. D. E. (1997). Neural Substrates of Fluid Reasoning: An fMRI Study of Neocortical Activation during Performance of the Raven’s Progressive Matrices Test. Cognitive Psychology, 33, 43-63.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga



READMORE
 

Tugas 2: Elemen dan Karakter Sistem

A.   Elemen-Elemen Sistem
Elemen sistem adalah bagian terkecil sistem yang dapat didentifikasikan. Jika sebuah sistem cukup besar yang terdiri dari subsistem-subsistem, maka elemen sistem terdapat pada tingkatan yang paling rendah yang dapat dikategorikan sebagai individu.
Elemen – elemen sistem terdiri dari :
  • Energi : Memiliki atribut yaitu jumlah dan ongkos energi.
  • Tenaga Kerja : Memiliki atribut yaitu jumlah tenaga kerja dan upah.
  • Mesin atau Peralatan : Memiliki atribut yaitu jenis, jumlah, dan kapasitas.
  • Bahan Baku : Memiliki atribut yaitu harga bahan baku, jumlah bahan baku dan ongkos.
  • Bahan produk : Memiliki atribut jumlah permintaan, jumlah produk dan harga jual.

B.    Karakteristik Sistem
Sistem mempunyai beberapa karakteristik atau sifat tertentu, antara lain :
  • Komponen sistem (Component) : Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang saling bekerja sama membentuk suatu komponen sistem.
  • Batasan sistem (Boundary) : Merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan kerjanya.
  • Sub sistem (Sub system) : Bagian-bagian dari sistem yang beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan dengan sasarannya masing-masing.
  • Lingkungan luar sistem (Environment) : Suatu sistem yang ada di luar dari batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi sistem.
  • Penghubung sistem (Interface) : Media penghubung antara suatu sub sistem dengan sub sistem lain. Adanya penghubung ini memungkinkan berbagai sumber daya menglir dari suatu sub sistem ke subsistem lainnya.
  • Masukan sistem (Input) : Energi yang masuk ke dalam sistem, berupa perawatan dan sinyal. Masukan perawatan adalah energi yang di masukkan supaya sistem tersebut dapat berinteraksi.
  • Keluaran sistem (Output) : Hasil energi yang di olah dan di klasifikasi menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
  • Pengolahan sistem (Process) : Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.
  • Sasaran sistem (Object) : Tujuan yang ingin dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan.

C. Model Sistem Informasi Psikologi
            
Sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan psikologis. Pengaplikasian sistem informasi dalam psikologi adalah program SPSS. Program ini memang dibuat untuk membantu berbagai bidang ilmu dalam mempermudah pengembangan ilmu tersebut. Psikologi menggunakan aplikasi ini dalam membantu mengolah data. Data yang bisa diaplikasikan dalam SPSS adalah data secara kuantitatif. Aplikasi SPSS sangat membantu bidang psikologi ketika seseorang sedang melakukan penelitian di bidang psikologi dengan metode kuantitatif. Dalam penelitian jumleh subjek yang dibutuhkan tidaklah sedikit, karena untuk memperoleh hasil yang akurat memerlukan cukup banyak subjek sebagai respondennya. Disinilah peranan SPSS sangat dibutuhkan, data yang telah diperoleh untuk diolah bukanlah data yang sedikit dan sangat melebihi daya tampung manusia jika pengolahan tersebut harus dilakukan secara manual, akan terjadi kelelahan, hasil yang tidak akurat, dan akan sangat membuang energi dalam pelaksanaanya, dengan aplikasi SPSS lah berbagai masalah yang muncul jika di olah secara manual dapat teratasi. 


Sumber:
Djahir. Y., Pratita, D.  (2014). Bahan ajar sistem informasi manajemen. Yogyakarta: Deepublish.
Fatta, H.A. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: ANDI.



READMORE
 

Sistem Informasi Psikologi

Pengertian Sistem, Informasi, dan Psikologi

          Sebelum mendefinisikan Sistem Informasi Psikologi, sebaiknya kita terlebih dahulu mencari pengertian dari masing-masing kata yang terkait, yaitu sistem, informasi, dan psikologi.

A. Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) yang diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama unruk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi.

Berikut adalah pengertian sistem menurut para ahli:
  • Al Fatta (2007) mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling tergorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain.
  • Murdick dan Ross (dalam Al Fatta, 2007) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama.
  • Marimin, Tanjung H., dan Prabowo H (2006) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks.
  • Indrajit (dalam Hutahaean, 2014) berpendapat bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.

B. Informasi
Kata informasi berasal dari bahasa Prancis kuno (informacion) yang juga diambil dari bahasa Latin (informationem) yang memiliki arti garis besar, konsep, atau ide. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam pengetahuan yang dikomunikasikan.

Berikut adalah beberapa definisi informasi dari para ahli:
  • Al Fatta (2007) menyampaikan informasi sebagai data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.
  • Mc Leod (dalam Al Fatta, 2007) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.
  • Menurut Chr. Jimmy. L.Gaol (2008) informasi adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan atau manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya.
  • Menurut Hendi Haryadi (2009) informasi dapat didefinisikan sebagai hasil pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan kejadian-kejadian yang nya.

Pengertian Psikologi
Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘psyche’ yang berarti jiwa dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologis psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

       Berikut adalah definisi beberapa ahli mengenai psikologi: 
  • Dakir (1993) mengemukakan bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
  • Muhibbin Syah (2001) menegaskan bahwa psikologi memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.
  • Psikologi menurut Wade & Travis (2007), adalah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku & berbagai proses mental serta bagaimana perilaku & berbagai proses mental itu dipengaruhi oleh kondisi mental organisme & dari lingkungan eksternal.
  • Menurut Heru Basuki (2008), bahwa psikologi itu adalah ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari perilaku, sebagai menifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, & emosional.

Pengertian Sistem Informasi Psikologi
Jadi, setelah mengetahui apa definisi dari sistem, informasi, dan psikologi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Psikologi adalah suatu sistem yang merupakan gabungan atau kombinasi dari manusia, media, teknologi, seerta lingkungan yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, serta menyimpan data mengenai perilaku atau tingkah laku individu.

DAFTAR PUSTAKA
Hutahaean, J. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Al Fatta, Hanif. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: ANDI
Andi. Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Depok : Universitas Gunadarma.
READMORE
 

Teori Humanistik beserta Contoh Kasus

TEORI TERAPI HUMANISTIK


Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak bisa lepas dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya.
Konsep utama dari terapi humanistik eksistensial itu ada tiga hal yang pertama kesadaran diri yang dimana manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan, semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu, kesadaran untuk memilih alternative-alternatif itu memutuskan secara bebas dalam batasannya, kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab, manusia bertanggung jawab atas keberadaannya dan nasibnya. Yang kedua ada kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan yang dimana kesadran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Lalu ada penciptaan makna yang diartikan manusia itu unik yang dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dalam suatu cara yang bermakna, karena manusia adalah makhluk rasional.

CONTOH KASUS TEORI HUMANISTIK
Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi  nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri) dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon pesimis untuk menghadapai penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi perubahan dirinya. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah disimpan tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien mencari terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon diarahkan supaya melihat kepotensian diri dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat melanjtukan hidupnya.
Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu (Baldwin, 1987). 

SUMBER:
Corey Gerald, 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Refika Aditama

Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT Rafika Aditama
READMORE
 

REVVIEW JURNAL KEPUASAN KERJA

KELOMPOK SEMANGKA  :
1.      Amylia Arifin                   ( 10513806 )
2.      Dicky Noviandi R             ( 12513423 )
3.      Hendra Setiawan              ( 14513020 )
4.      Ikhasan Zakaria               ( 14513257 )
5.      Widya Djaati                    ( 19513267 )

TUGAS REVIEW JURNAL PSIKOLOGI MANAJEMEN
Jenis Penelitian     : Penelitian Kuantitatif dan Hubungan Kausal
Nama Penulis        : H.Teman Koesmono
Judul Jurnal           : Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja                                      Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu                                         Skala Menengah Di Jawa Timur
                                                                                    
A.    Latar Belakang
Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini Adalah  penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat ini mengharuskan berfikir secara seksama yaitu bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas sosial, lapangan pekerjaan yang memadai. Kelemahan dalam penyediaan berbagai fasilitas tersebut akan menyebabkan keresahan sosial yang akan berdampak kepada keamanan masyarakat. Saat ini kemampuan sumber daya manusia masih rendah baik dilihat
dari kemampuan intelektualnya maupun keterampilan teknis yang dimilikinya.
maksimal.

B.     Metode
penelitian kuantitatif dan hubungan kausal.

C.    Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua  karyawan pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di jawa timur. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quota Sampling karena sudah diketahui jumlah karyawan dari lima perusahaan pengolahan kayu berskala menengah (Sesuai SK Dir BI, No.30/45/Kep/Dir/UK tgl.5 Januari 1997) dilima kota yaitu Surabaya, Gresik Sidoarjo, Mojokerto dan Pasuruan. Sejumlah 382 orang karyawan pabrik yang dipakai sebagai obyek penelitian. Perusahaan yang dimaksud adalah:

1. Surabaya : PT.Efrata Indah dengan sampel 69 orang
2. Gresik: PT.Tulus Tritunggal dengan sampel 78 orang
3. Sidoarjo: PT.Rimba Prima Nusantara dengan sampel 91 orang
4. Mojokerto: PT.Wijaya Perkasa Indah dengan sampel 67 orang
5. Pasuruan: PT.Hasil Alam Indo Indah dengan sampel 77 orang

Ferdinand (2002: 33) penggunaan sampel dalam SEM minimal 100 orang

D.    Definisi Operasional Variabel

a.    Variabel Independent: Budaya organisasi
·            Budaya organisasi : adalah perekat sosial yang mengikat anggota organisasi
                     secara bersama-sama.
b.   Variabel Dependent: Motivasi, Kepuasan Kerja, Kinerja.
·            Motivasi adalah: kekuatan atau dorongan yang menyebabkan orang berperilaku
dengan cara tertentu.
·            Kepuasan kerja adalah : tingkat perasaan individu baik secara positif atau negatif
 aspek-aspek dalam pekerjaannya.
·            Kinerja : adalah prestasi karyawan dalam melaksanakan tugasnya.


E.     Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) program Analysis of Moment Structure (AMOS) Versi 5.0 (Ghozali : 2004) disertai dengan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) pada persamaan struktural.

F.     Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Uji Kenormalan Data
Untuk menunjukkan bahwa data berdistribusi normal atau tidak. Dapat dilihat dari nilai C.R atau Z Value. Nilai C.R tersebut dibandingkan dengan nilai Z table ά = 0.05 (± 1.96). Semua variabel yang ada ( Budaya organisasi, Motivasi, Kepuasan kerja, Kinerja) memenuhi kenormalan karena Z value < Z table.Sedangkan pengujian multivariate diperoleh Z = 1.005 < Z table, dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi multivariate normal

2. Uji Multivariate Outlier
Jarak mahalanobis berada pada rentang 30.814 dan 39.830, sementara perhitungan Chi-Square table dengan α = (0.05) dengan derajat bebas 4 (jumlah variabel) adalah 40.11. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data outlier secara multivariate karena semua nilai jarak Mahalanobis lebih kecil dar χ² table.

3. Uji Multikolinearitas
Determinant of sample covariance matrix = 78.775, nilai yang dihasilkan jauh sekali dari nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam data yang ada tidak terjadi kasus multikolinearitas atau singgularitas

4. Hubungan Kausalitas antar Variabel
Melalui pengamatan terhadap nilai C.R yang identik dengan uji – t dalam regresi dibandingkan dengan t table ± 1.96 menggambarkan semua koefisien signifikan.


G.    Pembahasan
Dari hubungan kausalitas nampak bahwa pengaruh yang terbesar adalah dari motivasi terhadap kepuasan kerja yaitu 1.462 sedangkan urutan lainnya Adela budaya organisasi terhadap motivasi sebesar 0.680 dan motivasi terhadap kinerja sebesar 0.387, budaya organisasi terhadap kinerja sebesar 0,506 dan terhadap kepuasan kerja sebesar 0.183 dan yang terakhir adalah kepuasan kerja terhadap kinerja sebesar 0.003 Dari hasil ini nampak bahwa motivasi merupakan hal yang pokok dalam mempengaruhi kepuasan kerja, pernyataan umum bahwa seseorang akan tercapai kepuasan kerjanya apabila motivasi yang ada dalam perusahaan sangat mendukung sekali dapat diterima.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sebelum memiliki motivasi akan didahului oleh motif yang ada pada dirinya. Pemenuhuhan terhadap kebutuhan motivasi tidak terelakkan bagi semua karyawan sebab apabila motivasi terpenuhi dengan baik akan muncul kepuasan kerja dan pada giliran berikutnya akan berdampak pada ketenangan kerjanya. Motivasi dapat berupa keuangan dan non keuangan yang akan berdampak pada kepuasan kerja (Grund and Sliwka,2001). Hal ini wajar karena seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup tidak akan terlepas dengan kebutuhan intrinsik dan ektrinsik. Penelitian ini melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Herpen et al. (2002); yang memberikan kesempatan pada pihak lain untuk meneliti pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Pada akhirnya dalam penelitian ini, ditemukan bahwa faktor-faktor perilaku organisasi : Budaya Organisasi, Motivasi dan Kepuasan kerja memang mempunyai pengaruh terhadap Kinerja perusahaan.


H.    Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa Budaya organisasi berpengaruh terhadap Motivasi dan Kepuasan kerja serta Kinerja pada karyawan industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur dapat diterima. Keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor dalam perilaku organisasi yang harus mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak yang terkait dengan proses produksi. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada manajemen dalam mengelola Sumber daya manusia, artinya bahwa mengelola Sumber daya manusia tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Pada prinsipnya tujuan mengelola Sumber daya manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan bersama antara perusahaan dan semua karyawan yang terlibat dengan aktivitas perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada perusahaan yang sejenis tetapi berskala besar dengan tujuan untuk mengetahui apakah Budaya organisasi berpengaruh terhadap Motivasi dan Kepuasan kerja serta Kinerja karyawan berlaku pula bagi perusahaan yang berskala besar. Hal ini perlu dilakukan karena kemungkinan yang terjadi adalah adanya perbedaan pengaruh motivasi terhadap Kepuasan kerja karyawan antara perusahaan skala menegah dan besar, disamping itu apakah ada perbedaan kepuasan kerja dan kinerja antara perusahaan skala menengah dan besar.

I.     SaranKELOMPOK SEMANGKA  :
1.      Amylia Arifin                   ( 10513806 )
2.      Dicky Noviandi R             ( 12513423 )
3.      Hendra Setiawan              ( 14513020 )
4.      Ikhasan Zakaria               ( 14513257 )
5.      Widya Djaati                    ( 19513267 )

TUGAS REVIEW JURNAL PSIKOLOGI MANAJEMEN
Jenis Penelitian     : Penelitian Kuantitatif dan Hubungan Kausal
Nama Penulis        : H.Teman Koesmono
Judul Jurnal           : Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja                                      Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu                                         Skala Menengah Di Jawa Timur
                                                                                    
A.    Latar Belakang
Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini Adalah  penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat ini mengharuskan berfikir secara seksama yaitu bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas sosial, lapangan pekerjaan yang memadai. Kelemahan dalam penyediaan berbagai fasilitas tersebut akan menyebabkan keresahan sosial yang akan berdampak kepada keamanan masyarakat. Saat ini kemampuan sumber daya manusia masih rendah baik dilihat
dari kemampuan intelektualnya maupun keterampilan teknis yang dimilikinya.
maksimal.

B.     Metode
penelitian kuantitatif dan hubungan kausal.

C.    Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua  karyawan pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di jawa timur. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quota Sampling karena sudah diketahui jumlah karyawan dari lima perusahaan pengolahan kayu berskala menengah (Sesuai SK Dir BI, No.30/45/Kep/Dir/UK tgl.5 Januari 1997) dilima kota yaitu Surabaya, Gresik Sidoarjo, Mojokerto dan Pasuruan. Sejumlah 382 orang karyawan pabrik yang dipakai sebagai obyek penelitian. Perusahaan yang dimaksud adalah:

1. Surabaya : PT.Efrata Indah dengan sampel 69 orang
2. Gresik: PT.Tulus Tritunggal dengan sampel 78 orang
3. Sidoarjo: PT.Rimba Prima Nusantara dengan sampel 91 orang
4. Mojokerto: PT.Wijaya Perkasa Indah dengan sampel 67 orang
5. Pasuruan: PT.Hasil Alam Indo Indah dengan sampel 77 orang

Ferdinand (2002: 33) penggunaan sampel dalam SEM minimal 100 orang

D.    Definisi Operasional Variabel

a.    Variabel Independent: Budaya organisasi
·            Budaya organisasi : adalah perekat sosial yang mengikat anggota organisasi
                     secara bersama-sama.
b.   Variabel Dependent: Motivasi, Kepuasan Kerja, Kinerja.
·            Motivasi adalah: kekuatan atau dorongan yang menyebabkan orang berperilaku
dengan cara tertentu.
·            Kepuasan kerja adalah : tingkat perasaan individu baik secara positif atau negatif
 aspek-aspek dalam pekerjaannya.
·            Kinerja : adalah prestasi karyawan dalam melaksanakan tugasnya.


E.     Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) program Analysis of Moment Structure (AMOS) Versi 5.0 (Ghozali : 2004) disertai dengan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) pada persamaan struktural.

F.     Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Uji Kenormalan Data
Untuk menunjukkan bahwa data berdistribusi normal atau tidak. Dapat dilihat dari nilai C.R atau Z Value. Nilai C.R tersebut dibandingkan dengan nilai Z table ά = 0.05 (± 1.96). Semua variabel yang ada ( Budaya organisasi, Motivasi, Kepuasan kerja, Kinerja) memenuhi kenormalan karena Z value < Z table.Sedangkan pengujian multivariate diperoleh Z = 1.005 < Z table, dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi multivariate normal

2. Uji Multivariate Outlier
Jarak mahalanobis berada pada rentang 30.814 dan 39.830, sementara perhitungan Chi-Square table dengan α = (0.05) dengan derajat bebas 4 (jumlah variabel) adalah 40.11. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data outlier secara multivariate karena semua nilai jarak Mahalanobis lebih kecil dar χ² table.

3. Uji Multikolinearitas
Determinant of sample covariance matrix = 78.775, nilai yang dihasilkan jauh sekali dari nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam data yang ada tidak terjadi kasus multikolinearitas atau singgularitas

4. Hubungan Kausalitas antar Variabel
Melalui pengamatan terhadap nilai C.R yang identik dengan uji – t dalam regresi dibandingkan dengan t table ± 1.96 menggambarkan semua koefisien signifikan.


G.    Pembahasan
Dari hubungan kausalitas nampak bahwa pengaruh yang terbesar adalah dari motivasi terhadap kepuasan kerja yaitu 1.462 sedangkan urutan lainnya Adela budaya organisasi terhadap motivasi sebesar 0.680 dan motivasi terhadap kinerja sebesar 0.387, budaya organisasi terhadap kinerja sebesar 0,506 dan terhadap kepuasan kerja sebesar 0.183 dan yang terakhir adalah kepuasan kerja terhadap kinerja sebesar 0.003 Dari hasil ini nampak bahwa motivasi merupakan hal yang pokok dalam mempengaruhi kepuasan kerja, pernyataan umum bahwa seseorang akan tercapai kepuasan kerjanya apabila motivasi yang ada dalam perusahaan sangat mendukung sekali dapat diterima.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sebelum memiliki motivasi akan didahului oleh motif yang ada pada dirinya. Pemenuhuhan terhadap kebutuhan motivasi tidak terelakkan bagi semua karyawan sebab apabila motivasi terpenuhi dengan baik akan muncul kepuasan kerja dan pada giliran berikutnya akan berdampak pada ketenangan kerjanya. Motivasi dapat berupa keuangan dan non keuangan yang akan berdampak pada kepuasan kerja (Grund and Sliwka,2001). Hal ini wajar karena seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup tidak akan terlepas dengan kebutuhan intrinsik dan ektrinsik. Penelitian ini melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Herpen et al. (2002); yang memberikan kesempatan pada pihak lain untuk meneliti pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Pada akhirnya dalam penelitian ini, ditemukan bahwa faktor-faktor perilaku organisasi : Budaya Organisasi, Motivasi dan Kepuasan kerja memang mempunyai pengaruh terhadap Kinerja perusahaan.


H.    Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa Budaya organisasi berpengaruh terhadap Motivasi dan Kepuasan kerja serta Kinerja pada karyawan industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur dapat diterima. Keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor dalam perilaku organisasi yang harus mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak yang terkait dengan proses produksi. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada manajemen dalam mengelola Sumber daya manusia, artinya bahwa mengelola Sumber daya manusia tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Pada prinsipnya tujuan mengelola Sumber daya manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan bersama antara perusahaan dan semua karyawan yang terlibat dengan aktivitas perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada perusahaan yang sejenis tetapi berskala besar dengan tujuan untuk mengetahui apakah Budaya organisasi berpengaruh terhadap Motivasi dan Kepuasan kerja serta Kinerja karyawan berlaku pula bagi perusahaan yang berskala besar. Hal ini perlu dilakukan karena kemungkinan yang terjadi adalah adanya perbedaan pengaruh motivasi terhadap Kepuasan kerja karyawan antara perusahaan skala menegah dan besar, disamping itu apakah ada perbedaan kepuasan kerja dan kinerja antara perusahaan skala menengah dan besar.

I.     Saran
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti berikutnya, sebagai bahan penelitian pada bidang ilmu pengetahuan perilaku organisasi atau ilmu pengetahuan yang sejenisnya.



DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam, 2004, Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos Ver 5,0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Grund, Christian and Sliwka, Dirk, 2001, The Impact of Wage Increase on Job
Satisfaction-Empiorical Evidence and Theoritical Implications, IZA’S
Research Area Mobility and Flexibility of Labor Market, Bonn, Germany
pp.13-14.
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti berikutnya, sebagai bahan penelitian pada bidang ilmu pengetahuan perilaku organisasi atau ilmu pengetahuan yang sejenisnya.



DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam, 2004, Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos Ver 5,0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Grund, Christian and Sliwka, Dirk, 2001, The Impact of Wage Increase on Job
Satisfaction-Empiorical Evidence and Theoritical Implications, IZA’S
Research Area Mobility and Flexibility of Labor Market, Bonn, Germany

pp.13-14.
READMORE